Pasar kerja tahun 2025 menuntut penulis untuk lebih dari sekadar bisa merangkai kata. Sekarang, perusahaan mencari penulis dengan keahlian spesifik seperti penulisan UX, penulisan teknis, dan pembuatan konten multimedia. Oleh karena itu, membangun portofolio penulis yang relevan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.
Penulisan UX: Keterampilan Wajib di Era Digital Sebagai Portofolio Penulis
Untuk kebutuhan portofolio penulis, Penulisan UX menjadi salah satu keterampilan yang paling dicari oleh perusahaan teknologi dan startup. UX writing bukan sekadar membuat teks di tombol atau halaman aplikasi, melainkan menciptakan pengalaman pengguna yang jelas, nyaman, dan mengarahkan.
Banyak aplikasi gagal bukan karena teknologinya buruk, tapi karena pengguna bingung harus melakukan apa. Maka dari itu, penulis UX dibutuhkan untuk menyederhanakan antarmuka digital. Kalau kamu ingin masuk ke dunia ini, kamu perlu menguasai dasar-dasar desain antarmuka (UI) dan prinsip user journey.
Sebagai langkah awal, kamu bisa mulai dengan membuat studi kasus kecil di portofoliomu. Misalnya, kamu bisa menganalisis ulang teks pada aplikasi e-wallet lokal dan menunjukkan bagaimana kamu menyederhanakannya agar lebih mudah dipahami.
Selain itu, kamu juga bisa membuat mockup atau menulis ulang konten onboarding aplikasi fiktif. Jangan lupa jelaskan alasan pemilihan kata dan struktur informasi. Portofolio yang berisi proses berpikir seperti ini menunjukkan bahwa kamu benar-benar paham UX writing, bukan sekadar menulis indah.
Penulisan Teknis: Menulis dengan Presisi dan Kejelasan
Penulisan teknis adalah jenis tulisan yang menjelaskan produk, proses, atau sistem secara jelas dan terstruktur. Banyak perusahaan teknologi, manufaktur, hingga kesehatan membutuhkan penulis teknis untuk mendokumentasikan produk mereka.
Baca juga : Tips Menulis Konten SEO yang Menarik dan Optimal
Skill ini sangat dihargai karena tidak semua orang bisa menyederhanakan informasi rumit menjadi tulisan yang mudah dimengerti. Oleh sebab itu, penulis teknis wajib memiliki kemampuan riset yang tajam, logika berpikir yang sistematis, dan gaya bahasa yang lugas.
Untuk memperkuat portofolio penulisan teknismu, kamu bisa membuat contoh dokumentasi produk seperti panduan pengguna, FAQ, atau instruksi instalasi. Bahkan, kamu bisa menulis dokumentasi fiktif untuk alat atau aplikasi yang kamu buat sendiri atau temukan di internet.
Transisi dari penulis biasa ke penulis teknis memang membutuhkan adaptasi. Namun, jika kamu terbiasa berpikir terstruktur dan bisa menjelaskan konsep kompleks dengan bahasa sederhana, maka skill ini bisa menjadi nilai jual utama di pasar kerja 2025.
Pembuatan Konten Multimedia: Menggabungkan Kata, Visual, dan Suara
Pembuatan konten multimedia menjadi senjata utama dalam strategi pemasaran digital saat ini. Karena itu, perusahaan tidak hanya mencari penulis, tapi juga konten kreator yang bisa menggabungkan tulisan dengan elemen visual dan audio.
Konten seperti video pendek, podcast, dan infografik sekarang punya nilai lebih besar di mata audiens. Maka dari itu, kemampuan membuat naskah video, menulis skrip podcast, atau mengembangkan cerita visual menjadi bekal penting bagi penulis modern.
Bila kamu ingin menunjukkan skill ini, kamu bisa mulai dengan membuat konten untuk media sosial atau YouTube. Tulis naskah video edukatif, rekam suaranya, dan tambahkan visual sederhana. Bahkan dengan alat gratis seperti Canva dan CapCut, kamu sudah bisa membuat konten yang menarik.
Portofolio multimedia ini memberikan kesan bahwa kamu adalah penulis serba bisa. Di tengah tren visual-first seperti sekarang, skill ini bisa menjadi pembeda yang signifikan.
Menyesuaikan Gaya Penulisan dengan Target Industri
Menyesuaikan gaya penulisan dengan kebutuhan industri menjadi poin penting dalam membangun portofolio yang relevan. Misalnya, jika kamu ingin masuk ke industri keuangan, maka kamu perlu menampilkan tulisan yang informatif, akurat, dan terpercaya.
Sebaliknya, jika kamu menargetkan brand gaya hidup atau fashion, maka tulisanmu harus lebih santai, komunikatif, dan storytelling. Meskipun terdengar sederhana, banyak penulis gagal karena tidak bisa menyesuaikan tone of voice dengan karakter brand.
Oleh karena itu, portofolio yang baik harus mencerminkan keberagaman gaya. Sertakan contoh tulisan blog, artikel, email campaign, caption media sosial, dan naskah iklan dalam berbagai nuansa. Ini akan menunjukkan fleksibilitasmu sebagai penulis.
Memperkuat Portofolio dengan Bukti Sosial
Memperkuat portofolio penulis dengan bukti sosial seperti testimoni klien, jumlah views artikel, atau engagement media sosial bisa membuat portofoliomu lebih hidup. Di era digital, data menjadi nilai tambah yang konkret.
Misalnya, kalau kamu pernah menulis artikel yang dibaca ribuan kali, jangan ragu menampilkannya. Atau jika ada klien yang puas dengan naskah iklanmu dan menyatakan peningkatan penjualan, masukkan kutipannya di portofolio.
Selain itu, kamu juga bisa menunjukkan kolaborasi dengan desainer atau videografer untuk menunjukkan bahwa kamu mampu bekerja dalam tim kreatif. Bukti sosial ini memberikan keyakinan bagi calon klien atau perekrut bahwa kamu benar-benar bisa deliver.
Menggunakan Platform yang Tepat untuk Menampilkan Portofolio
Menggunakan platform yang tepat bisa menentukan seberapa mudah portofoliomu ditemukan dan dinilai. Beberapa penulis cukup menggunakan Google Drive, tapi di tahun 2025, pendekatan itu sudah mulai ditinggalkan.
Platform seperti Notion, Wix, atau Medium lebih disukai karena memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik. Selain itu, tampilan yang bersih dan navigasi yang rapi bisa meningkatkan profesionalitas portofoliomu.
Kalau kamu ingin tampil lebih unggul, pertimbangkan untuk membeli domain sendiri dan membuat website pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa kamu serius membangun brand sebagai penulis profesional. Bahkan, kamu bisa menyisipkan blog untuk berbagi wawasan atau studi kasus yang relevan.
Mempelajari Tools Pendukung Penulisan Digital
Mempelajari tools digital seperti Grammarly, Hemingway, atau SurferSEO menjadi nilai tambah yang tak bisa diabaikan. Sebab, banyak perusahaan kini mencari penulis yang tidak hanya bisa menulis bagus, tapi juga memahami tools yang mempercepat proses produksi konten.
Selain tools untuk penulisan, kamu juga bisa mempelajari software untuk membuat wireframe (seperti Figma), merekam suara (Audacity), atau mengedit video (DaVinci Resolve). Semua keterampilan ini saling melengkapi dalam dunia kerja kreatif saat ini.
Bukan berarti kamu harus jadi ahli di semua bidang, tetapi dengan memahami dasarnya, kamu akan lebih siap bekerja dalam tim lintas fungsi.
Berlatih dan Konsisten Mengisi Portofolio
Berlatih secara rutin adalah cara terbaik untuk mengasah kemampuan dan memperkaya isi portofoliomu. Banyak penulis pemula merasa harus menunggu klien dulu baru bisa mengisi portofolio. Padahal, kamu bisa membuat contoh proyek sendiri sebagai simulasi.
Tulislah konten fiktif yang relevan dengan industri yang kamu incar. Buat studi kasus seolah kamu menulis untuk brand tertentu. Tambahkan catatan proses dan alasan editorial yang kamu gunakan.
Konsistensi dalam membuat dan memperbarui portofolio menunjukkan bahwa kamu serius menekuni profesi ini. Bahkan, banyak penulis freelance yang mendapat klien hanya dari portofolio yang rapi dan kaya akan contoh kerja nyata.
Aktif di Komunitas Penulis dan Kreator Digital
Aktif di komunitas penulis digital akan membuka peluang baru dan memberi kamu banyak masukan berharga. Kamu bisa bergabung dengan komunitas di Telegram, Discord, atau platform seperti LinkedIn.
Banyak peluang kerja, proyek kolaborasi, atau insight soal tren konten terbaru yang hanya bisa kamu dapatkan dari komunitas. Selain itu, kamu juga bisa belajar dari pengalaman orang lain dalam membangun portofolio dan memperluas koneksi profesional.
Seringkali, reputasi di komunitas bisa jadi gerbang untuk dikenal lebih luas. Maka, jangan hanya membangun portofolio secara teknis, tapi juga bangun reputasi yang baik di dunia maya.