Oleh: Dwi Ratna Susanti
Awal Mula dari Gerobak Seblak
Saya memulai kisah inspiratif penulis dari gerobak sederhana yang saya dorong setiap sore, menjual seblak di pinggir jalan. Hanya bermodalkan resep warisan keluarga dan tekad untuk mengubah nasib, saya berdiri di bawah terik dan hujan, menjajakan semangkuk seblak hangat kepada siapa pun yang lewat. Saat itu, hidup bukan soal mimpi, tapi soal bertahan.
Saya bukan siapa-siapa. Hanya seorang perempuan dengan keberanian yang dipupuk dari keterdesakan hidup. Tapi saya percaya, siapa pun berhak tumbuh, asal tidak berhenti melangkah.
Berganti Haluan: Pecel Lele dan Peluang Baru
Beberapa tahun kemudian, saya mengganti dagangan menjadi pecel lele. Keputusan itu bukan tanpa alasan. Saya melihat kebutuhan masyarakat akan makanan malam yang mengenyangkan, murah, dan cepat saji. Saya belajar dari nol. Mulai dari menggoreng lele yang renyah, meracik sambal yang bikin pelanggan kembali, hingga memilih lokasi strategis di pinggir jalan raya.
Pecel lele mengajarkan saya tentang konsistensi. Tak peduli berapa porsi yang terjual, saya tetap hadir setiap malam. Dalam diam, saya tumbuh. Dalam asap dan bara kompor, saya menempa mimpi yang lebih besar.
Menemukan Suara Lewat Tulisan
Saat hidup mulai stabil, saya menemukan sesuatu yang telah lama saya pendam cinta saya pada menulis. Di sela-sela kesibukan berdagang, saya mulai menuangkan pengalaman hidup, keresahan, dan juga harapan saya dalam bentuk tulisan. Pertama-tama dyari, lalu berani membagikannya lewat blog dan media sosial.
Ternyata, banyak yang membaca. Banyak yang tersentuh. Bahkan beberapa berkata, “Tulisanmu menyembuhkan.”
Itulah momen ketika saya sadar, saya bukan hanya penjual pecel lele. Saya adalah penulis.
Buku Pertama: Tinta Tak Terbatas
Saya lalu menulis buku pertama saya, Tinta Tak Terbatas. Buku ini lahir dari peluh dan air mata. Ia bukan sekadar kumpulan kata, tapi juga kumpulan luka yang aku jahit menjadi harapan. Dalam buku ini, saya menyuarakan perjuangan UMKM kecil, tentang perempuan yang bertahan, dan tentang mimpi yang tidak boleh mati hanya karena keadaan.
Saya menerbitkannya secara independen, memasarkannya dari meja warung pecel lele. Tapi siapa sangka, buku ini laris di tangan pembaca. Ia bukan hanya buku pertama saya, tapi juga tiket saya menuju dunia baru dunia literasi dan pemberdayaan.
Dapatkan Bukunya sekarang juga disini
Tantangan Tak Pernah Pergi, Tapi Saya Juga Tak Menyerah
Menjadi penulis sekaligus pelaku UMKM bukan hal mudah. Saya harus bangun lebih pagi, tidur lebih larut. Saya harus menulis saat pelanggan belum datang, dan memasak saat inspirasi belum selesai. Tapi saya tidak pernah menyerah.
Saya tahu, setiap tantangan adalah guru. Setiap kesulitan melahirkan cerita. Dan setiap cerita, bila kita tulis dengan jujur, bisa mengubah hidup orang lain.
Misi Baru: Mengangkat Suara UMKM Lewat Kata-Kata
Kini, saya terus menulis. Tidak hanya untuk diri saya, tapi juga untuk mereka yang suaranya belum terdengar. Saya percaya, setiap penjual kaki lima punya kisah yang layak dibaca. Setiap perempuan yang bertahan layak dihargai.
baca reserp seblak dan pecel lele youtube resep https://youtu.be/KfIdk3dTTU0?si=xaNiAvpb-1qnFf_5

