Mengenal Tradisi Kasada Suku Tengger di Gunung Bromo
Gunung Bromo menjalankan Tradisi Kasada suku tengger sebagai ritual sakral yang berlangsung selama berabad-abad. Mereka menganggap upacara ini sebagai bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap tahun, pada bulan Kasada menurut penanggalan Hindu Tengger, mereka berkumpul untuk mempersembahkan sesaji kepada Sang Hyang Widhi dan leluhur. Wisatawan domestik maupun mancanegara datang untuk menyaksikan keunikan budaya lokal di Gunung Bromo.
Sejarah dan Asal-usul Tradisi Kasada
Tradisi Kasada Suku Tengger di Gunung Bromo berasal dari legenda Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan suami istri yang dipercaya sebagai leluhur masyarakat Tengger. Mereka menerima anugerah 25 anak setelah menjalani tapa brata, dengan syarat mereka harus mengorbankan anak terakhir ke kawah Gunung Bromo. Mereka memenuhi janji tersebut dengan mengorbankan putra bungsu mereka, Kesuma. Sejak saat itu, masyarakat Tengger rutin melaksanakan ritual Kasada sebagai bentuk penghormatan dan persembahan kepada dewa dan leluhur.
Prosesi Ritual Yadnya Kasada
Masyarakat Tengger memulai prosesi Tradisi Kasada dengan upacara di Pura Luhur Poten, sebuah pura suci yang terletak di lautan pasir Gunung Bromo. Para dukun adat dan tokoh masyarakat memimpin ritual ini. Setelah mereka berdoa bersama, mereka berjalan menuju kawah Gunung Bromo dan melemparkan berbagai sesaji seperti hasil bumi, ternak, dan benda-benda berharga lainnya sebagai persembahan kepada Sang Hyang Widhi.
Makna Filosofis di Balik Tradisi Kasada
Tradisi Kasada Suku Tengger di Gunung Bromo tidak hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga mencerminkan makna filosofis yang mendalam. Masyarakat Tengger menganggap pengorbanan dalam upacara ini sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang mereka terima. Selain itu, ritual ini juga mengajarkan nilai gotong royong, kebersamaan, dan kepatuhan terhadap ajaran leluhur.
Peran Dukun dalam Upacara Kasada
Dukun adat memainkan peran penting dalam Tradisi Kasada Suku Tengger di Gunung Bromo. Mereka memimpin doa, memberikan berkah, dan memastikan jalannya ritual sesuai dengan aturan adat. Masyarakat Tengger memilih dukun melalui prosesi khusus yang melibatkan komunitas setempat. Mereka percaya bahwa dukun yang terpilih memiliki hubungan spiritual yang kuat dengan leluhur dan mampu menjadi perantara doa kepada Sang Hyang Widhi.
Baca Juga Seblang Tradisi Mistis yang Unik dan Penuh Makna di Banyuwangi
Daya Tarik Wisata Ritual Kasada
Masyarakat Tengger tidak hanya menganggap Tradisi Kasada sebagai bagian dari kehidupan mereka, tetapi juga sebagai daya tarik wisata. Ribuan pengunjung datang setiap tahun untuk menyaksikan langsung prosesi ritual di kawah Bromo. Keunikan tradisi ini, ditambah dengan latar belakang Gunung Bromo yang megah, menciptakan pengalaman wisata budaya yang mengesankan.
Pelestarian Tradisi Kasada di Era Modern
Masyarakat Tengger tetap menjaga dan melestarikan Tradisi Kasada di tengah perkembangan zaman. Mereka terus mempertahankan ritual ini sebagai identitas budaya yang tidak tergantikan. Pemerintah daerah dan komunitas adat bekerja sama dalam melestarikan upacara ini agar tetap eksis dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Kesimpulan
Masyarakat Tengger menganggap Tradisi Kasada di Gunung Bromo sebagai warisan budaya yang memiliki nilai spiritual, historis, dan sosial yang tinggi. Mereka tidak hanya melakukan persembahan, tetapi juga menghormati leluhur dan mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Hyang Widhi. Keunikan tradisi ini menjadikannya daya tarik wisata budaya yang mendunia. Dengan pelestarian yang tepat, Tradisi Kasada akan terus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Tengger dan memikat perhatian wisatawan dari berbagai penjuru dunia.